JURNALISTA.ID, BULUKUMBA — Sebuah potret kemanusiaan yang mengoyak hati terhampar di jantung Dusun Balo, Desa Swatani, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Di tengah gembar-gembor program kesejahteraan sosial, pasangan lansia, Puang Cora dan P. Kaimuddin, dipaksa menjalani hari tua mereka dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, seolah-olah dibiarkan membusuk oleh waktu dan, yang lebih menyakitkan, oleh keengganan pemerintah setempat.
Puang Cora—nenek yang seharusnya menikmati ketenangan di masa senja—kini berjuang di tengah keterbatasan yang ekstrem. Ia bersama suaminya, P. Kaimuddin, tinggal di sebuah rumah di RT 1, RW 2, Jl. Balo, yang kondisinya jauh dari kata layak.
Kekurangan gizi, tempat tinggal yang reyot, dan kesulitan mengakses kebutuhan dasar menjadi pemandangan sehari-hari yang menyayat.Pemerintah Tutup Mata?
Sebuah Ironi yang MelukaiYang membuat kisah ini terasa begitu pedas adalah sikap yang ditunjukkan oleh otoritas setempat. Informasi yang dihimpun menyebutkan, pemerintah desa dan kecamatan seolah tutup mata dan enggan memperhatikan kehidupan sepasang lansia ini.
Bagaimana mungkin di era di mana dana desa digelontorkan untuk berbagai pembangunan, ada warga lanjut usia yang benar-benar terabaikan? Di mana letak fungsi pengawasan dan tanggung jawab sosial dari perangkat desa yang digaji dari uang rakyat? “Ini bukan sekadar masalah kemiskinan, tapi masalah hati nurani dan prioritas.
Ketika lansia yang sudah renta dibiarkan hidup memprihatinkan di bawah pengawasan mereka, itu menunjukkan kegagalan fundamental dalam pelayanan publik,” ujar seorang aktivis sosial yang meminta namanya dirahasiakan.
Masyarakat setempat hanya bisa menatap nanar. Bantuan yang datang seringkali hanya dari inisiatif warga, bukan dari alokasi resmi pemerintah yang memang bertugas memastikan setiap warganya hidup sejahtera, terutama kelompok rentan seperti lansia.Kisah Puang Cora adalah tamparan keras bagi Pemerintah Kabupaten Bulukumba, khususnya bagi aparat di tingkat Desa Swatani dan Kecamatan Rilau Ale. Apakah gelar sebagai abdi negara hanya sebatas jabatan dan gaji, tanpa diimbangi dengan tugas mulia untuk menyejahterakan rakyatnya?
Seruan Mendesak: Jangan Tunggu Bencana Datang
Redaksi menyerukan kepada Bupati Bulukumba untuk segera turun tangan dan memerintahkan Dinas Sosial serta seluruh jajaran pemerintahan di bawahnya agar mengambil tindakan cepat.
Jangan sampai kasus tragis lansia terlantar kembali mencoreng citra daerah karena lambannya respons.Kesejahteraan Puang Cora dan P. Kaimuddin di Dusun Balo adalah tolok ukur nyata sejauh mana keberpihakan pemerintah terhadap rakyatnya yang paling membutuhkan. Rakyat tak butuh janji manis, rakyat hanya butuh kehadiran nyata di saat mereka paling terpuruk.Akan kah Puang Cora harus meninggal dunia dalam kesendirian dan kemiskinan, baru para pejabat sibuk mengeluarkan air mata buaya dan bantuan dadakan?
Kita tunggu aksi nyata, bukan lagi kata-kata.
Laporan Jurnalista : Muh.Zafran
Editor : Dg.tawang
Bukan suami istri itu, tapi mertuanya…